1.pantai tanjung aan lombok
Tanjung Aan berlokasi di bagian selatan Lombok Tengah dengan jarak tempuh sekitar 90 menit perjalanan dari Kota Mataram dengan kondisi jalan baik. Rutenya Mataram – By Pass BIL – Kuta – bundaran Mandalika Resort (Novotel) belok kiri – pertigaan setelah tanjakan belok kanan – Tanjung Aan. Tetangga Pantai Mandalika dan Seger.
Jika menginginkan suasana pantai yang sepi, berpasir putih, air laut jernih, ombak tenang, batu karang eksotik dan sinar matahari penuh untuk berjemur, Tanjung Aan adalah pilihan yang tepat. Di pantai ini kita bisa merasakan sensasi berjalan kaki dengan terapi butiran pasir putih sebesar biji merica itu. Aktivitas berenang, berjemur, keliling dengan perahu boat ataupun sekedar mengagumi keindahan panorama ciptaan Tuhan ini dari atas bukit bisa dilakukan di pantai ini. Fasilitas masih minim hanya ada lahan parkir kendaraan, musholla kecil, kamar mandi bilas dan sumur air bersih. Pedagang ikan bakar segar, pedagang kain serta cinderamata khas Lombok akan ‘menemani’ kita selama berwisata di pantai ini.
Hal yang membuat Tanjung Aan sedikit lebih istimewa dibandingkan dengan pantai lainnya adalah keunikan pasir putih biji mericanya itu! Jika diperhatikan baik-baik ada perbedaan ukuran butir pasir merica di antara pantai Tanjung Aan sebelah barat dengan yang di timur. Di sebelah barat, ukuran butir pasir putihnya lebih kecil sehingga berbentuk lebih halus daripada yang di sebelah timur. Proses gradasi batu karang oleh air laut sehingga menjadi serpihan-serpihan kecil, kemudian menjadi butiran dan tersapu oleh air laut ke bibir pantai setiap tahunnya menyebabkan volume pasir di Tanjung Aan bertambah sekian centimeter.
Tanjung Aan menjadi buah bibir ketika dijadikan lokasi syuting film nasional berjudul Sajadah Ka’bah yang diperankan oleh H. Rhoma Irama, Ridho Rhoma, Ida Iasha dan Ruhut Sitompul. Keindahan pantai ini tergambar jelas di film tersebut. Keistimewaan lain dari Tanjung Aan ini adalah adanya Batu Payung di balik bukit sebelah timur. Benar-benar istimewa!
2.gili trawangan
Pantai
Gili Trawangan
terletak di sebuah pulau dengan nama yang sama yaitu Pulau Gili Trawangan.
Pulau ini adalah salah satu dari 3 pulau kecil atau gili yang berada di sebelah
barat laut Lombok, Nusa Tenggara Barat selain Gili Meno dan Gili Air.
Gili Trawangan ini memiliki panjang 3 kilometer dan lebar 2 kilometer.
Pulau ini mempunyai populasi sebanyak 800 ribu jiwa dan mempunyai
fasilitas wisata terlengkap dibandingkan dengan 2 pulau
lainnya diatas.
Tidak
seperti di Bali, di Gili Trawangan dan 2 gili lainnya sobat tidak akan menemui
kendaraan bermotor, karena disana memang tidak diizinkan oleh aturan lokal
daerah tersebut. Disana cuma tersedia sepeda angin yang disewakan oleh penduduk
setempat untuk para wisatawan dan Cidomo yaitu sejenis kereta kuda pada
umumnya yang bisa sobat naiki dengan membayar Rp 125.000 untuk 3 orang.
Untuk bepergian dari dan ke Gili satu ke Gili lainnya,para wisatawan atau
penduduk lokal menggunakan kapal motor atau speedboat.
Di
Gili Trawangan memang menyajikan sesuatu yang lebih dibanding dengan 2 Gili
yang lain. Aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh para wisatawan di Gili
Trawangan adalah Scuba Diving, Snorkeling, bermain kayak dan
berselancar. Tersedia juga beberapa tempat untuk berlatih berkuda bagi
wisatawan. Bagi sobat yang hobi wisata bawah laut, pantai Gili Trawangan merupakan tempat yang
pas untuk sobat. Karena air lautnya yang begitu jernih sobat bisa dengan
leluasa melihat keindahan terumbu karang dan biota lautnya bahkan dengan mata
normal(tidak memakai kacamata renang).
Gili
Trawangan yang memiliki luas 340 hektar ini eksotisme alam yang begitu
lengkap, mulai dari pantainya yang berpasir putih bersih, deretan pohon cemara,
akasia, kelapa dan rumah - rumah jerami bentuk adat sasak yang sengaja di
peruntukkan sebagai hotel - hotel di sepanjang pantai seakan menambah indah
panorama yang ada. Ada juga jajaran tempat duduk berbentuk bale - bale untuk
wisatawan berjemur hingga membuat kita enggan untuk meninggalkan pantai ini.
Untuk
menuju Gili Trawangan sobat dari kota Mataram bisa naik taksi melalui sepanjang
jalan pantai Senggigi dengan ongkos sekitar Rp 100.000
dilanjutkan dengan menyeberang ke Gili Trawangan melalui Pelabuhan Bangsal di
kabupaten Lombok Utara dengan harga tiket penyeberangan sebesar Rp 10.000
dengan waktu tempuh sekitar 45 menit perjalanan.
Untuk
akomodasi atau penginapan sobat tidak usah kuatir karena disana banyak sekali
berdiri hotel, naik kelas melati maupun berbintang dan juga terdapat villa serta bungalow,
ya tinggal memilih mana yang sesuai dengan kantong kita. Bagi sobat yang hobi
kuliner, di Gili Trawangan juga banyak restoran dan rumah makan yang menyajikan
berbagai menu, baik khas Lombok maupun menu internasional. Selamat berlibur.
3.Desa
Sade - Desa Tradisional Sasak
Dusun
Sade terletak di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Pulau Lombok,
Provinsi Nusa Tenggara Barat, berjarak kurang lebih 30 kilometer dari kota
Mataram. Untuk menemukan dusun ini tidak lah sulit karena berada tepat di tepi
jalan raya Praya - Kuta pada bagian luar dusun terdapat papan nama besar
bertulisan dusun Sade.
Dusun
Sade merupakan salah satu perkampungan suku sasak yang merupakan suku asli
masyarakat Lombok, bangunan di dusun Sade ini masih sangat tradisional setiap
bangunan terbuat dari kayu dan bilik bambu pada dindingnya serta beratapkan
ijuk jerami.
4. Sukarara adalah sentra
pembuatan kain tenun atau yang lebih sering disebut sebagai songket. Berburulah
oleh-oleh kain songket khas Lombok sepuasnya di sini. Songket adalah kain tenun
yang dibuat dengan teknik menambah benang, hiasan dibuat dengan menyisipkan
benang perak, emas, atau benang warna diatas benang lungsi. Terkadang ada juga
yang memasang manik-manik, kerang, atau uang logam sebagai hiasan tambahan.
Sukarara adalah nama sebuah desa
sekitar 15 menit dari selatan Kota Mataram, tepatnya berada di kecamatan
Jonggot, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Desa ini berpopulasi
sekitar 150 kepala keluarga yang semuanya memiliki alat tenun tradisional.
Karena menggunakan alat penenun yang tradisional maka kemampuan produksi mereka
tidak terlalu banyak. Proses pembuatan kain songket memakan waktu lama.
Setidaknya membutuhkan waktu 1 bulan untuk menghasilkan 1 lembar kain dengan
lebar 1,2 meter dan panjang 2 meter. Tingkat kerumitan dan motifnya menentukan
harga kain yang rata-rata berkisar antara Rp. 100 ribu hingga Rp. 5 juta
perlembar.
Kain songket yang dihasilkan
tidak hanya digunakan untuk pakaian namun juga mempunyai fungsi dekoratif
sebagai pelengkap ornamen interior rumah. Songket Sukarara memiliki ciri khas
dengan pola tradisional timur dan penggunaan benang songket emas. Pola dan
pewarnaan yang digunakan oleh wanita-wanita Desa Sukarara merupakan nilai yang
diberikan turun temurun dan lestari generasi sebelumnya. Biasanya keahlian
menenun didapatkan dari ibu yang diwariskan ke anak perempuan. Begitu
seterusnya sehingga tak ayal lagi motif dan warnanya terjaga sekaligus menjadi
ciri khas songket Lombok.
Menenun kain songket menjadi
kebutuhan utama warga Lombok khususnya Desa Sukarara karena dalam pesta
pernikahan perempuan wajib memberikan kain tenun buatan sendiri kepada
pasangan. Kepercayaan masyarakat setempat adalah perempuan yang tidak bisa
menenun akan kesulitan mendapatkan jodoh. Bahkan ada semacam peraturan, wanita
yang belum bisa menenun dilarang menikah. Kegiatan menenun dilakukan oleh
wanita sembari menunggu para suami mereka pulang bertani dari ladang.
Daya tarik desa ini tidak hanya
dari hasil home industry-nya yang menawan. Atraksi pada wanita dalam
menggerakan alat tenun tradisional diminati oleh wisatawan domestik maupun
asing. Para wanita dengan pakaian adat Sasak ini selalu siap mendemonstrasikan
keahlian mereka. Pembuatan kain tenun dengan cara tradisional adalah dengan
mempersiapkan pembuatan benang pakan serta pembuatan zat warna. Pebuatan benang
secara tradisional menggunakan pemberat yang diputar dengan jari tangan.
Pemberat tersebut berbentuk seperti gasing yang terbuat dari kayu atau
terakota. Bahan membuat benar selain kapas, kulit kayu, serat pisang, serat
nanas dan daun palem. Pembuatan zat warnanya terdiri dari 2 warna yakni biru
dan merah. Warna biru didapatkan dari indigo atau mengkudu. Motif kain songket
Lombok bermacam-macam, ada motif ayam, motif kembang delapan, motif kembang
empat. Masing-masing motif punya makna sendiri.
Desa Sukarara juga memproduksi
tenun ikat. Bahan tenun ikat sangat sederhana yakni terbuat dari bahan katun.
Waktu produksi tenun ikat tidak selama tenun songket. Cukup satu hari,
pengrajin Sukarara mampu menghasilkan tenun ikat sepanjang 3 meter. Harga tenun
ikat bervariasi tergantung bahan pewarna kainnya. Jika berasal dari pewarna
kimia, dibanderol dari harga Rp. 100 ribu sedangkan jika dari pewarna alami
berharga mulai Rp. 150 ribu.
Ya, selain menarik, Sukarara
juga menjadi destinasi utama bagi wisatawan yang ingin membelikan oleh-oleh
kain songket dan tenun ikat untuk kerabat di rumah. Di sepanjang jalan desa ini
banyak sekali toko-toko yang menjual kain songket. Anda bebas memilih mencari
motif dan warna yang paling menarik. Bagi Anda yang ingin mengunjungi Sukarara,
sebaiknya menyewa kendaraan karena angkutan umum jarang ditemui.
Rumah Tradisional
Adat Sasak
Bentuk
rumah penduduk sangat unik yaitu terdiri dari 2 ruang, ruang pertama bagian
depan ruang yang terdapat setelah kita memasuki pintu utama rumah setelah itu
terdapat ruang dalam yang letak lantainya lebih tinggi 2 anak tangga dari
lantai ruang depan, untuk memasuki ruang dalam kita harus melewati pintu kayu
yang berukuran kecil dengan tinggi sekitar 150 cm dan berbentuk oval.
Di
ruang dalam ini terdapat 2 tungku untuk memasak yang terbuat dari tanah dan
menyatu dengan lantainya. Masyarakat Sade memasak menggunakan kayu sebagai
bahan bakarnya, tidak jauh dari tungku terdapat ruang dengan dinding bilik
bambu yang merupakan ruang tidur. Jarak antara lantai dengan atap sangat tinggi
sehingga udara di dalamnya terasa sejuk. Rumah-rumah berjajar rapi dengan
tinggi yang hampir sama antara satu rumah dengan rumah yang lainnya sehingga
terkesan sangat rapih.
Kehidupan Desa Tradisional
Adat Sasak
Pada
bagian luar rumah tepatnya di depan rumah terdapat bagunan lumbung padi yang
bentuknya sangat khas, pada bagian bawah lumbung terdapat bale-bale tempat
penduduk berinteraksi sekaligus menjaga lumbung. Jalan penghubung antara rumah
masih terbuat dari tanah tetapi ada beberapa bagian jalan yang sudah dibuat
dengan semen dan ubin.
Mata
pencarian penduduk adalah bertani sementara para wanitanya bertenun membuat
kain sendiri dengan motif khas cicak, hasil tenun di pasarkan pada art shop dan
juga di sekitar rumah dengan harga bervariasi tergantung ukuran dan tingkat
kerumitan proses pembuatan kain tenun.
Selama
di dalam dusun ini sangat terasa kenyamanan dan kedamaian lingkungan,
kenyamanan yang sangat sulit didapat di kota besar, walaupun dusun Sade berada
di tempat keramaian tepi jalan raya sungguh terasa sekali petualangan saat
berada di dalamnya.
Dusun
Sade merupakan salah satu dusun tradisional yang masih bertahan diantara
ratusan dusun tradisional yang ada di Indonesia dan merupakan kekayaan budaya
negara kita. Semoga tetap bertahan di tengah derasnya arus modern.